1.
Macam Etika Dan Tanggung
Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional
Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai
(biasanya dalam bentuk keuntungan) bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar
orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk kehidupan mereka atau keluarga
mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibuat untuk
kepentingan bisnis atau individu dalam bisnis adalah meningkatkan penghasilan
dan mengurangi biaya.
Etika sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau
tindakan tertentu benar atau salah. Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke
perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang
menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan pribadi atas semua prioritasnya,
akan menyerap nilai etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Masyarakat biasanya
mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada yaitu norma
sosial dari anggotanya.
Definisi-definisi ini
memberikan generalisasi sebagai berikut:
a.
Setiap individu
mempunyai sistem kepercayaan sendiri tentang apa yang menjelaskan dengan mudah
perilaku etis dan tidak etis.
b.
Masyarakat dari konteks
budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan kepercayaan tetapi tidak harus
identik yang membentuk perilaku etis dan yang tidak etis.
c.
Setiap individu dapat
merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan.
d.
Setiap individu dapat
menyimpang dari sistem kepercayaan mereka berdasarkan kondisi keadaan.
e.
Nilai etika sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat sosial.Nilai-nilai sering berpusat pada
beberapa hal seperti waktu, usia, pendidikan, dan status. Nilai-nilai juga
mempengaruhi bagaimana individu mendefinisikan perilaku etis dibandingkan yang
tidak etis.
f.
Anggota suatu budaya
dapat melihat perilaku tertentu tidak etis, sedangkan anggota kelompok yang
lain dapat melihatnya masuk akal.
Sekalipun demikian, yang ingin ditekankan bahwa etika ialah konsep individu
yang berbeda-beda. Organisasi sendiri tidak mempunyai etika, tetapi benar-benar
mengkaitkan dirinya dengan lingkungan mereka melalui cara-cara yang melibatkan
keputusan etika oleh individu didalam organisasi itu.
2.
Etika dalam konteks
lintas budaya dan internasional
Cara yang berguna untuk menggambarkan perilaku etika dalam konteks lintas
budaya dan internasional adalah berdasarkan bagaimana organisasi memperlakukan
karyawannya, bagaimana karyawan memperlakukan organisasi dan bagaimana
organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi yang lain.
v
Bagaimana organisasi
memperlakukan karyawannya.
Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional adalah
perlakuan terhadap karyawan oleh organisasi. Pada sisi ekstrim, organisasi
dapat berusaha mempekerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan
dan pengembangan karir, memberikan kompensasi dan tunjangan yang bagus dan
menghormati hak pribadi dan kebebasan masing-masing karyawan. Pada sisi ekstrim
lainya, perusahaan dapat mempekerjakan berdasarkan kriteria yang merugikan dan
kesukaan, dapat sengaja membatasi kesempatan berkembang, dapat memberikan
kompensasi yang minim, dan dapat memperlakukan karyawan dengan keras dan
sedikit memperhatikan kebebasan individu.
Dalam prakteknya, bidang-bidang yang rentan terhadap perbedaan etika
meliputi mengangkat dan memberhentikan, upah dan kondisi kerja, dan privasi dan
menghargai karyawan. Salah satu unsur perlakuan organisasi terhadap para karyawannya mencakup
kondisi kerja yang diadakan di pabrik dan fasilitas lain. Sejumlah negara
mengatur standar keamanan dan kesehatan, sedang negara lain tidak peduli.
v
Bagaimana pekerja
melakukan organisasi
Isu sentral dalam hubungan ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan,
dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai
potensi menguntungkan dan merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai
pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya.
Membuka rahasia perusahaan dipandang tidak etis di beberapa negara, tetapi
tidak di negara lainnya. Karyawan yang bekerja untuk sebuah bisnis industri
yang memiliki persaingan keta dapat tergoda untuk mensual informasi tentang
perencanaan penjualan ke kompetitor.
Bidang yang ketiga yang diperhatikan adalah kejujuran secara umum. Problem
yang umum di bidang ini meliputi hal-hal seperti menggunakan telepon kantor
untuk telepon jarak jauh buat kepentingan pribadi, mengambil barang-barang
kantor, dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa budaya bisnis,
tindakan-tindakan seperti ini dipandang tidak etis, dinegara lainnya, karyawan
dapat mengembangkan pengertian bahwa jika “saya bekerja disini, maka tanggung
jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan saya.”
v
Bagaimana karyawan dan
organisasi memperlakukan agen ekonomi lainnya.
Agen utama meliputi konsumen, kompetitor, pemegang saham, pemasok, dealer,
dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini
rentan terhadap ambigu etis yang meliputi iklan dan Proxy, pembukaan rahasia
keuangan, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan pemindahan, tawar menawar dan
negosiasi, dan hubungan bisnis lainnya.
Perbedaaan bisnis antara negara menimbulkan kerumitan secara etis bagi
perusahaan dan karyawan mereka. Di beberapa negara uang suap dalam jumlah kecil
dan biaya lain-lain adalah normal dan sudah jadi kebiasaan dalam menjalankan
bisnis.
3.
Mengelola perilaku etis
Lintas Batas.
Cara-cara yang paling umum untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan
penunutun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi
dan budaya perusahaan.
v
Penuntun dan standar
etika.
Sebuah perusahaan multinasional harus mengambil keputusan apakah membuat
satu standar menyeluruh untuk semua unit global atau apakah harus menyesuaikan
masing-masing dengan konteks lokal. Sama halnya, jika sebuah perusahaan
mengakuisisi cabang luar negeri, ia harus memutuskan apakah menerapkan
peraturan perusahaan terhadap cabang tersebut atau membiarkannya
memepertahankan yang telah mereka ikuti selama ini. Supaya sebuah peraturan
mempunyai nilai, tentu saja, itu harus jelas dan langsung, itu harus
menyelesaikan unsur-unsur utama pelaksanaka etika yang sesuai dengan lingkungan
dan operasi bisnisnya, dan itu harus diterapkan saat problem muncul.
v
Pelatihan etika.
Beberapa perusahaan multinasional memperhatikan isu etis secara proaktif
dengan menawarkan pelatihan karyawan bagaimana mengatasi dilema etika. Sesi
pelatihan melibatkan diskusi tentang berbagai dilema etika yang mungkin
dihadapi karyawan dan bagaimana mereka mengatasi dilema ini secara terbaik.
v
Praktek organisasi dan
budaya organisasi
Praktek organisasi dan budaya perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan
perilaku etika. Jika pemimipin utama di suatu perusahaan bersikap etis dan
pelanggaran standar etika diatasi secara langsung dengan benar, maka setiap
orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan mereka untuk
bersikap etis, membuat keputusan yang etis dan melakukan hal yang benar. Tetapi
jika para pemimpin puncak nampak membebaskan diri mereka dari standar etika
atau memilih untuk mengabaikan atau menganggap ringan perilaku yang tidak etis,
dan memberikan kesan yang sebaliknya bahwa melakukan sesuatu yang tidak etis
dapat diterima jika anda dapat mencapai tujuan anda.
Etika bisnis yang dianut oleh Soros dan para pedagang valas lainnya patut
dipertanyakan. Ketika Soros melakukan transaksi valas, dia sudah bisa
memprediksikan kehancuran negara-negara Asia sebagai akibat dari transaksi itu.
Namun, Soros tetap melakukannya dan terjadilah krisis hebat yang menyengsarakan
puluhan juta rakyat Asia Tenggara. Tetapi menurut pendapat Soros, kesalahan
terletak pada pemerintahaan yang tidak transparan dan despotic di negara-negara
Asia. Menurut Soros, pasar akan menentukan dirinya sendiri. Artinya, bisnis
yang dia lakukan hanya semata-mata memenuhi peluang pasar. Soros juga
memberikan sebagian uangnya untuk membantu rakyat miskin di berbagai negara,
melalui lembaga Soros Foundation.
4.
Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan
Internasional
Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban
organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja.
Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional adalah jelas yaitu keseimbangan
yang ideal antara tanggung jawab social secara global terhadap kondisi local
yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di Negara-negara yang
berbeda-beda di mana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
5.
Bidang-Bidang Tanggung Jawab Sosial
Organisai dapat menggunakan tanggung jawab social
terhadap pemegang kepentingan (stake holders), terhadap lingkungan alam, dan
terhadap kesejahteraan social secara umum. Beberapa organisasi mengakui
tanggung jawab mereka dalam tiga bidang dan berjuang keras untuk mencapainya,
sedangkan yang lain menekankan hanya satu atau dua bidang tanggung jawab
social.
6.
Mengelola Tangung Jawab Sosial Lintas Barat
Dalam usaha mengelola pelaksanaan etika, bisnis
biasanya membuat beberapa usaha mengelola pelaksanaan etika, bisnis biasanya
membuat beberapa usaha yang secara aktif melaksanakan tanggung jawab social.
v
Pendekatan terhadap Tanggun Jawab Sosial
Ada empat pendirian yang dapat diambil oleh organisasi
adalah berupa kewajiban terhadap masyarakat, yakni:
a)
Sikap pandang
menghalangi. Saat mereka melintasi garis etika atau hokum yang memisahkan
praktek yang dapat diterima dari yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka
biasanya menolak atau menghindari menerima tanggung jawab atas tindakan mereka.
b)
Sikap pandang
bertahan. Dimana organisasi akan melakukan segala sesuatu yang dipersyaratkan
secara hokum tapu tidak lebih.
c)
Sikap pandang
akomodatif. Sebuah perusahaan akan memenuhi persyaratan hokum dan persyaratan
etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan dalam kasus tertentu.
d)
Sikap pandang
proaktif. Perusahaan yang menghadapi pendekatan ini sungguh-sungguh mendukung
tanggung jawab social.
v
Mengelola Kesesuaian terhadap Peraturan
Tuntutan tanggung jawab social senatiasa ditujukan ke
organisasi kontemporer oleh masyarakat yang semakin kompleks dan terdidik dan
yang semakin kuat. Dimensi organisasi formal digunakan untuk menerapkan
tanggung jawab social perusahaan yang mencakup hokum, kesesuain dengan etika,
dan bantuan kemanusiaan.
v
Dimensi Informal Tanggung Jawab Sosial
Selain dimensi formal ada juga hal-hal yang informal.
Kepemimpinan, budaya organisasi, dan bagaimana organisasi menanggapi teguran
dirjen semua itu menentukan persepsi masyarakat mengenai sikap pandang
organisasi terhadap tanggung jawab social.
v
Mengevaluasi Tanggung Jawab Sosial
Banyak organisasi memilih untuk melakukan evaluasi
formalmengenai efektifitas usaha tanggung jawab social mereka. Contohnya,
secara rutin melakukan audit social perusahaan.
7.
Mengatur Etika Internasional dan Tanggung Jawab
Ada banyak usaha untuk mengatur tanggung jawab etis
dan social dalam pelaksanaan bisnis internasional. Empat contoh adalah Foreign
Corrupt Practices Act, the Alien Tort Claims Act, the Anti-Bribery Conventiom
of the Organization for Economic Cooperation and Development dan International
Labor Organization.