Thursday, April 23, 2015

etika dan tanggung jawab sosial bisnis internasional



1.      Macam Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional 
Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai (biasanya dalam bentuk keuntungan) bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam bisnis adalah meningkatkan penghasilan dan mengurangi biaya.
Etika sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan pribadi atas semua prioritasnya, akan menyerap nilai etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Masyarakat biasanya mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada yaitu norma sosial dari anggotanya.
Definisi-definisi ini memberikan generalisasi sebagai berikut:
a.       Setiap individu mempunyai sistem kepercayaan sendiri tentang apa yang menjelaskan dengan mudah perilaku etis dan tidak etis.
b.      Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan kepercayaan tetapi tidak harus identik yang membentuk perilaku etis dan yang tidak etis.
c.       Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan.
d.      Setiap individu dapat menyimpang dari sistem kepercayaan mereka berdasarkan kondisi keadaan.
e.       Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat sosial.Nilai-nilai sering berpusat pada beberapa hal seperti waktu, usia, pendidikan, dan status. Nilai-nilai juga mempengaruhi bagaimana individu mendefinisikan perilaku etis dibandingkan yang tidak etis.
f.       Anggota suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu tidak etis, sedangkan anggota kelompok yang lain dapat melihatnya masuk akal.

Sekalipun demikian, yang ingin ditekankan bahwa etika ialah konsep individu yang berbeda-beda. Organisasi sendiri tidak mempunyai etika, tetapi benar-benar mengkaitkan dirinya dengan lingkungan mereka melalui cara-cara yang melibatkan keputusan etika oleh individu didalam organisasi itu.

2.      Etika dalam konteks lintas budaya dan internasional
Cara yang berguna untuk menggambarkan perilaku etika dalam konteks lintas budaya dan internasional adalah berdasarkan bagaimana organisasi memperlakukan karyawannya, bagaimana karyawan memperlakukan organisasi dan bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi yang lain.
v  Bagaimana organisasi memperlakukan karyawannya.
Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional adalah perlakuan terhadap karyawan oleh organisasi. Pada sisi ekstrim, organisasi dapat berusaha mempekerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan dan pengembangan karir, memberikan kompensasi dan tunjangan yang bagus dan menghormati hak pribadi dan kebebasan masing-masing karyawan. Pada sisi ekstrim lainya, perusahaan dapat mempekerjakan berdasarkan kriteria yang merugikan dan kesukaan, dapat sengaja membatasi kesempatan berkembang, dapat memberikan kompensasi yang minim, dan dapat memperlakukan karyawan dengan keras dan sedikit memperhatikan kebebasan individu.
Dalam prakteknya, bidang-bidang yang rentan terhadap perbedaan etika meliputi mengangkat dan memberhentikan, upah dan kondisi kerja, dan privasi dan menghargai karyawan. Salah satu unsur perlakuan organisasi terhadap para karyawannya mencakup kondisi kerja yang diadakan di pabrik dan fasilitas lain. Sejumlah negara mengatur standar keamanan dan kesehatan, sedang negara lain tidak peduli.
v  Bagaimana pekerja melakukan organisasi
Isu sentral dalam hubungan ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai potensi menguntungkan dan merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya.
Membuka rahasia perusahaan dipandang tidak etis di beberapa negara, tetapi tidak di negara lainnya. Karyawan yang bekerja untuk sebuah bisnis industri yang memiliki persaingan keta dapat tergoda untuk mensual informasi tentang perencanaan penjualan ke kompetitor.
Bidang yang ketiga yang diperhatikan adalah kejujuran secara umum. Problem yang umum di bidang ini meliputi hal-hal seperti menggunakan telepon kantor untuk telepon jarak jauh buat kepentingan pribadi, mengambil barang-barang kantor, dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa budaya bisnis, tindakan-tindakan seperti ini dipandang tidak etis, dinegara lainnya, karyawan dapat mengembangkan pengertian bahwa jika “saya bekerja disini, maka tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan saya.”
v  Bagaimana karyawan dan organisasi memperlakukan agen ekonomi lainnya.
Agen utama meliputi konsumen, kompetitor, pemegang saham, pemasok, dealer, dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang meliputi iklan dan Proxy, pembukaan rahasia keuangan, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan pemindahan, tawar menawar dan negosiasi, dan hubungan bisnis lainnya.
Perbedaaan bisnis antara negara menimbulkan kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka. Di beberapa negara uang suap dalam jumlah kecil dan biaya lain-lain adalah normal dan sudah jadi kebiasaan dalam menjalankan bisnis.

3.      Mengelola perilaku etis Lintas Batas.
Cara-cara yang paling umum untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan penunutun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya perusahaan.
v  Penuntun dan standar etika.
Sebuah perusahaan multinasional harus mengambil keputusan apakah membuat satu standar menyeluruh untuk semua unit global atau apakah harus menyesuaikan masing-masing dengan konteks lokal. Sama halnya, jika sebuah perusahaan mengakuisisi cabang luar negeri, ia harus memutuskan apakah menerapkan peraturan perusahaan terhadap cabang tersebut atau membiarkannya memepertahankan yang telah mereka ikuti selama ini. Supaya sebuah peraturan mempunyai nilai, tentu saja, itu harus jelas dan langsung, itu harus menyelesaikan unsur-unsur utama pelaksanaka etika yang sesuai dengan lingkungan dan operasi bisnisnya, dan itu harus diterapkan saat problem muncul.
v  Pelatihan etika.
Beberapa perusahaan multinasional memperhatikan isu etis secara proaktif dengan menawarkan pelatihan karyawan bagaimana mengatasi dilema etika. Sesi pelatihan melibatkan diskusi tentang berbagai dilema etika yang mungkin dihadapi karyawan dan bagaimana mereka mengatasi dilema ini secara terbaik.
v  Praktek organisasi dan budaya organisasi
Praktek organisasi dan budaya perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika. Jika pemimipin utama di suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran standar etika diatasi secara langsung dengan benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan yang etis dan melakukan hal yang benar. Tetapi jika para pemimpin puncak nampak membebaskan diri mereka dari standar etika atau memilih untuk mengabaikan atau menganggap ringan perilaku yang tidak etis, dan memberikan kesan yang sebaliknya bahwa melakukan sesuatu yang tidak etis dapat diterima jika anda dapat mencapai tujuan anda.
Etika bisnis yang dianut oleh Soros dan para pedagang valas lainnya patut dipertanyakan. Ketika Soros melakukan transaksi valas, dia sudah bisa memprediksikan kehancuran negara-negara Asia sebagai akibat dari transaksi itu. Namun, Soros tetap melakukannya dan terjadilah krisis hebat yang menyengsarakan puluhan juta rakyat Asia Tenggara. Tetapi menurut pendapat Soros, kesalahan terletak pada pemerintahaan yang tidak transparan dan despotic di negara-negara Asia. Menurut Soros, pasar akan menentukan dirinya sendiri. Artinya, bisnis yang dia lakukan hanya semata-mata memenuhi peluang pasar. Soros juga memberikan sebagian uangnya untuk membantu rakyat miskin di berbagai negara, melalui lembaga Soros Foundation.

4.      Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional adalah jelas yaitu keseimbangan yang ideal antara tanggung jawab social secara global terhadap kondisi local yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di Negara-negara yang berbeda-beda di mana perusahaan tersebut melakukan bisnis.

5.      Bidang-Bidang Tanggung Jawab Sosial
Organisai dapat menggunakan tanggung jawab social terhadap pemegang kepentingan (stake holders), terhadap lingkungan alam, dan terhadap kesejahteraan social secara umum. Beberapa organisasi mengakui tanggung jawab mereka dalam tiga bidang dan berjuang keras untuk mencapainya, sedangkan yang lain menekankan hanya satu atau dua bidang tanggung jawab social.

6.      Mengelola Tangung Jawab Sosial Lintas Barat
Dalam usaha mengelola pelaksanaan etika, bisnis biasanya membuat beberapa usaha mengelola pelaksanaan etika, bisnis biasanya membuat beberapa usaha yang secara aktif melaksanakan tanggung jawab social.
v  Pendekatan terhadap Tanggun Jawab Sosial
Ada empat pendirian yang dapat diambil oleh organisasi adalah berupa kewajiban terhadap masyarakat, yakni:
a)      Sikap pandang menghalangi. Saat mereka melintasi garis etika atau hokum yang memisahkan praktek yang dapat diterima dari yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka biasanya menolak atau menghindari menerima tanggung jawab atas tindakan mereka.
b)      Sikap pandang bertahan. Dimana organisasi akan melakukan segala sesuatu yang dipersyaratkan secara hokum tapu tidak lebih.
c)      Sikap pandang akomodatif. Sebuah perusahaan akan memenuhi persyaratan hokum dan persyaratan etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan dalam kasus tertentu.
d)     Sikap pandang proaktif. Perusahaan yang menghadapi pendekatan ini sungguh-sungguh mendukung tanggung jawab social.
v  Mengelola Kesesuaian terhadap Peraturan
Tuntutan tanggung jawab social senatiasa ditujukan ke organisasi kontemporer oleh masyarakat yang semakin kompleks dan terdidik dan yang semakin kuat. Dimensi organisasi formal digunakan untuk menerapkan tanggung jawab social perusahaan yang mencakup hokum, kesesuain dengan etika, dan bantuan kemanusiaan.
v  Dimensi Informal Tanggung Jawab Sosial
Selain dimensi formal ada juga hal-hal yang informal. Kepemimpinan, budaya organisasi, dan bagaimana organisasi menanggapi teguran dirjen semua itu menentukan persepsi masyarakat mengenai sikap pandang organisasi terhadap tanggung jawab social.
v  Mengevaluasi Tanggung Jawab Sosial
Banyak organisasi memilih untuk melakukan evaluasi formalmengenai efektifitas usaha tanggung jawab social mereka. Contohnya, secara rutin melakukan audit social perusahaan.

7.      Mengatur Etika Internasional dan Tanggung Jawab
Ada banyak usaha untuk mengatur tanggung jawab etis dan social dalam pelaksanaan bisnis internasional. Empat contoh adalah Foreign Corrupt Practices Act, the Alien Tort Claims Act, the Anti-Bribery Conventiom of the Organization for Economic Cooperation and Development dan International Labor Organization.


KEUNGGULAN ABSOLUT & KEUNGGULAN KOMPERATIF

1.       Keungulan Absolut (Absolut Advantage)
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan melakukan perdagangan atau pertukaran apabila setiapnegara memperoleh keuntungan mutlak dari perdagangan. Suatu negara dikatakan mempunyaikeuntungan mutlak dalam memproduksi suatu jenis barang apabila negara tersebut dapat memproduksibarang dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika barang itu diproduksi di negara lain. Dengan demikian, suatu negara akan mengekspor suatu barang jika negara tersebut dapat membuatnya secaralebih murah dibandingkan negara lain.
Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.
Ada beberapa asumsi dari keunggulan Absolut ini
·         Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja
·         Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama
·         Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang
·         Biaya ditanspor ditiadakan.

Contoh: Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50 tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu:

Produk
Indonesia
India
Pakaian
40 unit
20 unit
Tas
20 unit
30 unit

Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan India memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa membuat 30 tas, Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian dan India memiliki keunggulan mutlak dalam produksi tas. Apabila Indonesia dan India melakukan spesialisasi produksi, hasilnya akan sebagai berikut:

Produk
Indonesia
India
Pakaian
40 unit
20 unit
Tas
20 unit
30 unit

Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi. Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakain dan 40 unit tas. Tetapi setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian dan 60 unit tas. Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila suatu negara dapat menghasilkan komoditi-komoditi tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Contoh lain :
Secara matematis, teori absolute advantage dari adam smith dapat diilustrasikan dengan data hipotesis sebagai berikut.
Tabel. Data Hipotesis Teori Absolute Advantage dari Adam Smith

Produk per satuan tenaga kerja/hari
The
Sutra
DTDN (Dasar Tukar Dalam Negeri)
Indonesia
12 kg
3m
4kg = 1m
1kg = 1/4m
Cina
4 kg
8m
1/2kg = 1m
1kg = 2m

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh (12 kg), sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra (8m). Berdasarkan DTDN dapat dilihat:
Harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah (hanya ¼ sutra) dibandingkan dengan di Cina yang lebih mahal (yaitu 2 m sutra). Sebaliknya, harga 1 m sutra di Cina lebih murah (hanya ½ kg teh) dibandingkan dengan di Indonesia yang lebih mahal (yaitu 4 kg teh). Berdasarkan perbandingan DTDn pada kedua negara di atas, maka dapat disimpulkan:
Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina. Sebaliknya, Indonesia akan mengimpor sutra ke Cina. Sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor sutra ke Indonesia. Sebaliknya, Cina akan mengekspor teh dari Indonesia.

  2.      Keunggulan Komperatif (comparative advantage)
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Keunggulan kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya
Keunggulan Komperatif menurut David Ricardo merupakan  perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Dalam teori keunggulan komparatif yang dikemukan oleh David Ricardo, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi. Teori keunggulan komparatif David Ricardo berdasarkan atas beberapa asumsi, antara lain sebagaiberikut:
1. Perdagangan internasional hanya terjadi antardua negara.
2. Perdagangan dilakukan secara sukarela (bebas).
3. Barang yang dipertukarkan hanya dua macam.
4. Tenaga kerja bersifat homogen satu negara.
5. Tenaga kerja bergerak bebas di dalam negeri, tetapi tidak bebas dalam hubungan antarnegara.
6. Biaya-biaya produksi dianggap tetap.
7. Kualitas barang adalah sama.
8. Biaya transportasi tidak ada (nol).
9. Teknologi tidak berubah.

Ia menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang dapat diprosuksinya pada biaya yang relatif lebih mahal.
Ilustrasinya dapat dilihat pada tabel berikut :
Kebutuhan Jam Kerja untuk Produksi
Produk
Amerika
Eropa
Pizza
1
3
Pakaian
2
4

Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi i unit pizza dengan 1 jam TK dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu memproduksi keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan menggunakan teori keuntungan komparatif :

Ø  Sebelum melakukan perdagangan
Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara.
Sementara itu, mari kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi kedua negara tanpa melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam TK (input) yang tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan separuhnya lagi dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua negara adalah sebagai berikut :
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk
Amerika
Eropa
Pizza
60
20
Pakaian
30
15
Total
90  +  35   = 125

Dengan input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30 pakaian (60 jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15 pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang dihasilkan kedua negara adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian.
Menurut teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi pizza dan Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal bagi Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu diproduksi Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena rasio harga produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi Amerika (lihat gambar 1). jadi, perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga relatif di kedua negara, bukan hanya di satu negara.
Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian ke Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang diekspor juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun. JIka harga pizza di eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa, mereka akan menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi. Akhirnya mereka akan beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian. Sedangkan kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama juga terjadi terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan membuat Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian.

Ø  Setelah melakukan perdagangan
Total output kedua negara adalah sebagai berikut :
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk
Amerika
Eropa
Pizza
120
0
Pakaian
0
30
Total
120  +  30   = 150

Pada gambar diatas, Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1). Sedangkan Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja, sehingga menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua negara meningkat dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150 unit.

Contoh lain :  
Berdasarkan hipotesis teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
Negara
Produksi
1 kg gula
1 m kain
Indonesia
3 hari kerja
4 hari kerja
Cina
6 hari kerja
5 hari kerja

Perhitungan Cost Comparative
Perbandingan Cost
1 kg gula
1m kain
Indonesia/Cina
3/6 HK
4/5 HK
Cina/Indonesia
6/3 HK
5/4 HK

Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6 atau ½ hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 meter kain (3/6 hari kerja)daripada produksi 1 kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.
Ilustrasi diatas menjelaskan mengapa negara-negara perlu melakukan perdagangan internasional dan bagaimana negara yang terlibat saling memperoleh keuntungan.




DAFTAR PUSTAKA

Rusdarti,Kusmuriyanto. 2010. Ekonomi 2: Fenomena di Sekitar Kita, untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Platinum.
Anonym. 2009. Pengertian keunggulan kompetitif. http://pustakabakul.blogspot.com/2013/07/ pengertian-keunggulan-absolut-kompetitif.html. (diakses pada tanggal 18 September 2014)
Anonym. Teori keunggulan Absolut. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_keunggulan_Absolut. (diakses pada tanggal 18 September 2014)
Anonym. Teori keunggulan komperatif. ttp://id.wikipedia.org/wiki/ Teori_keunggulan_komparatif. (diakses pada tanggal 18 September 2014)